Total Tayangan Halaman

Sabtu, 08 Januari 2011

KORTIKOSTEROID PADA SEPSIS

SEPSIS

Sepsis merupakan SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) yang disertai dengan infeksi. SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) adalah respon peradangan sistemik yang terjadi akibat adanya infeksi maupun non infeksi. Pada keadaan SIRS dapat terjadi 2 atau lebih kondisi sebagai berikut :
a)            Suhu : lebih dari 38ºC (100,4ºF) atau kurang dari 36ºC (96,8ºF)
b)            Denyut nadi lebih dari 90 kali/menit
c)            Denyut nafas lebih dari 20 kali/menit atau PaCO2 kurang dari 32 torr
d)            White Blood Cell lebih dari 12000 sel/mm3 atau kurang dari  4000 sel/mm3
Sepsis berat adalah sepsis yang disertai dengan adanya perubahan perfusi organ dengan minimal satu dari kondisi di bawah ini :
a)            Perubahan status mental akut,
b)            Hipoksia (PO2 < 60 mmHg)
c)            Peningkatan asam laktat atau metabolik asidosis, oliguria < 0,5 cc/kg/hr.
Syok sepsis adalah sepsis berat dengan hipotensi ditandai dengan tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan  lebih dari 40 mmHg dari tekanan darah sistolik dasar  
KORTIKOSTEROID

Kortikosteroid adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid. Mineralokortikoid mempunyai aktivitas menahan garam dan disintesis dalam sel-sel zona glomerolus. Sedangkan glukokortikoid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan mempengaruhi aktivitas antiinflamasi (mencegah pelepasan fosfolipid, menurunkan aksi eosinofil dan mekanisme lainnya) serta mempunyai aktivitas mineralokortikoid yang bermakna. Contoh mineralokortikoid sintetik adalah Fludrocortison sedangkan glukokortikoid sintetik seperti Prednison, Predisolon, Metilprednisolon, Betametason, Dexametason.
PRO DAN KONTRA PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA SEPSIS
Penggunaan kortikosteroid pada terapi sepsis masih merupakan kontroversi yang membuat adanya pendapat pro dan kontra dalam penggunaan kortikosteroid. Hal ini diakibatkan oleh efek umum kortikosteroid yang bersifat imunosupresan yang dapat memperlama terjadinya infeksi pada penderita sepsis. Akan tetapi kortikosteroid juga memiliki efek anti inflamasi pada tubuh yang dapat menghambat kerusakan dan mencegah terjadinya disfungsi organ akibat faktor inflamasi seperti IL-1, TNF-ά, dll, sehingga dapat memperlambat progresifitas sepsis menjadi syok sepsis dan MODS. Bahkan pada syok sepsis, pada beberapa penelitian telah terbukti dapat meningkatkan survival rate dari pasien, terutama pada pasien dengan insufisiensi adrenal. Hal ini dikarenakan pada kasus insufisiensi adrenal, kortisol pada tubuh menurun akibat adanya penurunan produksi ACTH akibat adanya stress pada anterior ptituari. Turunnya produksi ACTH ini menyebabkan menurunnya efek vasopressor yang dimiliki oleh kortisol dan aldosteron yang menyebabkan penurunan tekanan darah yang drastis sehingga terjadi syok sepsis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar